Translate

Sabtu, 06 Oktober 2012

membuat sabun sendiri ayo coba


IMEC-2011
INNOVATIVE MATERIALS
ENGINEERING COMPETITION



PEMBUATAN SABUN COLD PROCES YANG RAMAH LINGKUNGAN

Tim Sekar Arum
   Danes Galuh Pramudhita L.                                (13420)
                         Annisa Fitriani Rufianti                           (13384)
                         Aniza                                                                 (13383)


SMA NEGERI 2 JOMBANG
Jl. Dr. Wahidin Sudirohusodo No 1 Jombang
2011
IMEC-2010
INNOVATIVE MATERIALS ENGINEERING COMPETITION
1.  Judul                                   : Pembuatan Sabun Cold Proces yang Ramah
  Lingkungan
2. Nama Ketua Tim                  : Annisa Fitriani Rufianti
    NIS                                      : 13384
    Alamat Rumah                      : Ds Bandung, Kecamatan Diwek, Jombang
    No. Telepon/fax                   : 085732426990
    E-mail                                  : fianteksakta@yahoo.com
3. Asal SMU                            : SMA Negeri 2 Jombang
    Alamat SMU                        : Jl. Dr. Wahidin Sudirohusodo No 1 Jombang
    No. Telepon/fax                   : (0321) 861777
4. Nama Anggota Tim              : Danes Galuh Pramudhita .L dan Aniza
    NIS                                      : 13420 dan 13383
5. Guru Pendamping                 : Nestri Kirono W, S.Pd
    NIP                                      : 19690114 2008012014                                                                
    Alamat Rumah                      : Jl. Gubbernur Suryo VII Blok J/21 Jombang
     Nomor HP                           : 081703708609
                                                  
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Yang Maha Kuasa yang dengan karunianya telah memperkenankan penulis untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul :
Pembuatan Sabun Cold Proces yang Ramah Lingkungan.
Pada kesempatan ini penulis sampaikan ucapan terimakasih yang tak terhingga kepada :
1.      Bapak Kepala Sekolah yang telah memberi semangat dan fasilitas demi terselesainya Karya Tulis Ini.
2.      Ibu Nestri Kirono W. S.Pd selaku pembimbing yang dengan tulus ikhlas memberikan bimbingan, pengarahan, petunjuk-petunjuk dan nasehat-nasehat selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
3.      Orang tua, kakak, adik, serta sahabat-sahabat yang telah memberi dorongan baik materiil maupun spiritual yang tak terhingga, sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan.
Semoga kebaikan yang telah diberikan kepada penulis mendapat imbalan yang setimpal dari Yang Maha Kuasa.
Akhirnya penulis berharap Karya Tulis Ilmiah ini berguna bagi pengembangan ilmu dan menambah wawasan serta informasi bagi masyarakat.


                                                                        Jombang, Maret 2010
                                                                                    Penulis
                                                                                                                                                   iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………....i
LEMBAR PERSETUJUAN…………………………………………………….ii
KATA PENGANTAR…………………………………………………………..iii
DAFTAR ISI………………………………………………………………….....iv
ABSTRAK……………………………………………………………………….v
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………....1
1.1 Latar Belakang……………………………………………………….1
1.2 Permasalahan…………………………………………………………2
1.3 Hipotesa……………………………………………………………...2
1.4 Tujuan Penelitian…………………………………………………….2
1.5 Manfaat Penelitian……………………………………………….......2
1.6 Ruang Lingkup ……………………………………………………...3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………...4
2.1 Sabun………………………………………………………………...4
2.2 Minyak dan Lemak…………………………………………………..6
2.3 Senyawa Alkali………………………………………………………9
2.4 Bahan Pendukung……………………………………………………9
2.5 Kalor…………………………………………………………………10
BAB III METODE PENELITIAN……………………………………………..11
3.1  Waktu dan Tempat Penelitian……………………………………….11
3.2  Rancangan Penelitian………………………………………………..11
3.3  Prosedur Pembuatan Sabun Mandi………………………………….11
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………………….14
4.1 Proses Pembuatan Sabun Mandi…………………………………….14
4.2 Bagaimana Sabun Bisa Membersihkan……………………………...15
4.3 Keuntungan Pembuatan Sabun dengan Proses Dingin ……………..18
4.4 Pendapat Masyarakat tentang Sabun Cool Process………………….19
BAB V SIMPULAN DAN SARAN……………………………………… . . . ..22
5.1Simpulan……………………………………. . . . . . . . ……………..22
        iv
5.2 Saran…………………………………………... . . . . . ……… ……22
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………… . . . . . . …..23




















v
ABSTRAK
PEMBUATAN SABUN RAMAH LINGKUNGAN
Kata Kunci: sabun, cold proses, kalori
Kesehatan adalah hal yang sangat penting bagi kehidupan kita. Kesehatan dibedakan menjadi dua yaitu: kesehatan jasmani dan keseharan rohani. Dalam menjaga kesehatan jasmani, sabun adalah merupakan sarana yang sangat diperlukan. Karena begitu pentingnya sabun maka penelitian ini mengangkat tema pembuatan sabun yang mudah dan ramah lingkungan.
Sabun merupakan senyawa surfaktan yang mempunyai senyawa bipolar, salah satu ujungnya (kepala) bersifat hidrofilik artinya bisa larut dalam air, dan ujung yang lain (ekornya) bersifat hidrofobik yang artinya larut dalam minyak. Hal inilah yang menyebabkan sabun dapat mengangkat kotoran yang melekat pada kulit.
Pembuatan sabun dibedakan menjadi tiga proses yaitu: cold proses, semi hot proses, dan hot proses. Pada pembuatan sabun dengan cold proses digunakan bahan-bahan yang mudah didapat, prosesnya hanya menaduk tanopa pemanasan sehingga tidak menhhasilkan polusi udara. Sedangkan untuk semi hot proses dan hot prosesdibutuhkan bahan-bahan yang lebih banyak dan prosesnya memerlukan pemanasan sehingga memerlukan energy dan menghasilkan polusi udara. Untuk semi hot proses memerlukan energy sebesar 17220 kalori dan hot proses memerlukan 34440 kalori. Jadi dengan cold proses kita bisa menghemat energy sebesar 17220 kalori hingga 34440 kalori dalam satu kali produksi.
Selain itu dengan cold proses maka gliserin yang dihasilkan akan teremulsi menyatu dengan sabun sehingga akan meminyaki kulit dan kulit menjdi tidak kering. Sementara dengan semi hot proses dan hot proses gliserin yang terbentuk dipisahkan dari sabun.
Jika ditinjau dari banyaknya busa yang dihasilkan maka ketiga proses tersebut menghasilkan busa yang tidak jauh berbeda.

vi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1   Latar Belakang

 Kesehatan adalah merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan kita, untuk itu maka perlu untuk menjaga agar selalu sehat. Kesehatan dibedakan menjadi sehat jasmani dan sehat rohani. Sehat rohani dapat terwujud jika terjadi keseimbangan dalam pola pikir, sedangkan kesehatan jasmani erat kaitannya dengan kebersihan, baik kebersihan lingkungan maupun kebersihan anggota badan.
      Dalam menjaga kebersihan anggota badan kita tidak asing lagi dengan yang namanya sabun. Sabun sudah menjadi kebutuhan yang sangat penting bagi masyarakat masa ini. Jika kita mandi tanpa sabun maka akan terasa ada yang kurang. Sabun sangat berperan dalam mengangkat kotoran yang melekat di kulit. Tanpa sabun, maka kita mungkin tidak dapat menikmati makanan yang kita santap dengan tangan yang bersih, karena mencuci tangan tanpa sabun tidaklah efektif untuk menghilangkan sebagian benda asing yang ada di tangan kita.
      Sabun dapat dibuat dengan mereaksikan antara minyak, lemak dan larutan kaustik. Reaksi yang terjadi dinamakan reaksi saponifikasi. Bila ditinjau dari sudut kimia maka sabun dikenal dengan istilah garam alkali dari asam lemak.
      Ada tiga metode yang digunakan dalam pembuatan sabun yaitu metode dalam kedaan dingin (cold proses), metode setengah panas (semi hot proses) dan metode panas (hot proses). Ketiga metode tersebut tentunya mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing, dalam menentukan metode pembuatan sabun dapat disesuaikan dengan bahan bahan yang akan digunakan, pemilihan bahan sangat erat kaitannya dengan metode yang akan digunakan.  
      Dalam penelitian kali ini pembuatan sabun dilakukan dengan cara proses dingin (cold proses) yang nantinya diharapkan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

1
1.2  Permasalahan

 Karena diharapkan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari maka proses pembuatan sabun pada penelitian ini menggunakan metode yang sangat sederhana dan menggunakan bahan-bahan yang mudah didapat.
Permasalahan yang diajukan adalah:
1.      Bagaimana cara pembuatan sabun dengan cold proses ?
2.      Bagaiman sabun dapat membersihkan kotoran?  
3.      Apakah keuntungan  pembuatan sabun dengan proses dingin?
4.      Bagimana pendapat masyarakat tentang sabun cool process?

1.3   Hipotesa

 Hipotesa dari penelitian ini adalah sabun dapat dibuat dengan cold proses tanpa mengurangi nilai keefektifan sabun dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari serta bernilai ekonomis, dapat menghemat energi sehingga dapat diharapkan sebagai produk industri rumah tangga.

1.4   Tujuan Penelitian

1.      Untuk mendapatkan metode pembuatan sabun dengan cold proses.
2.      Untuk mengetahui keefektifan sabun dalam membersihkan kotoran  
3.      Untuk mengetahui nilai ekonomis pembuatan sabun dengan cold proses sehingga dapat dimanfaatkan sebagai produk industry rumah tangga.
4.      Untuk mengetahui penghematan energy dalam pembuatan sabun
5.      Untuk mengetahui pendapat masyarakat tentang sabun cool process.
1.5   Manfaat Penelitian

1.      Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi kepada masyarakat tentang cara pembuatan sabun yang sederhana.

                                                                                                                      2
2.      Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan mampu melatih untuk berinovasi dalam berpikir ilmiah
3.      Selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan inspirasi dan kreasi bagi masyarakat
1.6  Ruang Lingkup

 Sebagai ruang lingkup pada penelitian kali ini adalah pembuatan sabun padat yang sering dikenal dengan istilah sabun batangan (sabun mandi).


















                                                                                                                                  3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Sabun
       Sabun adalah senyawa kimia tertua yang pernah dikenal. Sabun sendiri tidak pernah secara actual ditemukan, namun berasal dari pengembangan campuran antara senyawa alkali dan lemak atau minyak. Bahan pembuat sabun terdiri dari dua jenis yaitu bahan baku dan bahan pendukung. Bahan baku dalam pembuatan sabun adalah minyak atau lemak dan senyawa alkali (basa). Bahan pendukung dalam pembuatan sabun digunakan untuk menambah kualitas produk sabun, baik dari nilai guna maupun dari daya tarik. Bahan pendukung yang umum digunakan dalam pembuatan sabun diantaranya parfum atau pewangi, pewarna dan zat aditif (Agus tri widodo, 1998).
 Sabun yang menurut ilmu kimia dikenal dengan istilah garam alkali dari asam lemak adalah merupakan surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan membersihkan. Sabun dilihat dari bentuknya dibedakan menjadi dua yaitu sabun cair dan sabun padat. Bentuk sabun tersebut tergantung pada bahan yang digunakan pada pembuatannya. Pada dasarnya sabun dibuat dengan mereaksikan minyak dan lemak dengan suatu larutan kaustik, reaksi yang terjadi dinamakan reaksi saponifikasi. Sabun yang dibuat dengan bahan minyak dengan kandungan asam lemak rantai pendek dan ikatannya tak jenuh  maka akan didapat sabun dalam bentuk cair. Sedangkan sabun yang dibuat dengan bahan minyak yang mempunyai rantai karbon panjang dan dengan ikatan jenuh maka akan dihasilkan sabun yang tak larut pada suhu kamar atau berbentuk padat. Selain dari jenis minyaknya jenis alkali yang digunakan juga menentukan bentuk sabun. Sabun cair biasanya menggunakan kalium hidroksida (KOH) sebagai alkalinya sedangkan sabun padat menggunakan natrium hidroksida (NaOH) sebagai alkalinya.  
                                                                                                                        4

Sabun mandi biasanya berbentuk padatan yang dicetak sehingga menyerupai sebuah batang maka dikenal juga dengan sebutan sabun batangan,
tetapi dengan berkembangnya teknologi dan kreatifitas maka bentuk sabun sekarang bermacam-macam dan sangat menarik.
Sabun mandi merupakan logam alkali dengan asam lemak dan minyak dari bahan alam yang disebut trigliserida. Lemak dan minyak mempunyai dua jenis ikatan yaitu ikatan jenuh dan ikatan tak jenuh dengan panjang rantai atom karbon antara 12 sampai 18. Asam lemak dengan panjang rantai karbon kurang dari 12 akan menimbulkan iritasi pada kulit, sedangkan rantai karbon lebih dari 18 akan membuat sabun menjadi keras dan sulit terlarut dalam air. Kandungan asam lemak tak jenuh, seperti oleat, linoleat, dan linolenat yang terlalu banyak akan menyebabkan sabun mudah teroksidasi pada keadaan atmosferik sehingga sabun menjadi tengik. Asam lemak tak jenuh mempunyai ikatan rangkap sehingga titik lelehnya lebih rendah daripada asam lemak jenuh yang tak memiliki ikatan rangkap, sehingga sabun yang dihasilkan juga akan lebih lembek dan mudah meleleh pada temperature tinggi. Reaksi penyabunan (saponifikasi) dengan menggunakan alkali adalah reaksi trigliserida dengan alkali (NaOH) yang menghasilkan sabun dan gliserin. Reaksi penyabunan dapat ditulis sebagai berikut:

C3H5(OOCR)3   +  3NaOH                       C3H5 (OH)3  +  3 NaOOCR
Asam lemak           alkali                       gliserin                 sabun

Sabun merupakan salah satu jenis surfaktan yang terbuat dari minyak atau lemak alami. Surfaktan memiliki struktur bipolar. Bagian kepala bersifat hidrofilik dan bagian ekor bersifat hidrofobik. Karena sifat inilah sabun mampu mengangkat kotoran (biasanya berupa lemak) dari badan dan pakaian. Selain itu pada larutan, surfaktan akan menggerombol membentuk misel setelah melewati konsentrasi tertentu yang disebut Konsentrasi Kritik Misel (KKM).

5
2.2  Minyak dan Lemak
            Pada dasarnya minyak dan lemak dihasilkan oleh alam yang bersumber dari hewan dan tanaman. Sedangkan berdasarkan pada sumbernya, minyak dan lemak dapat diklasifikasikan atas minyak atau lemak hewani yang berasal dari hewan dan minyak atau lemak nabati yang berasal dari tanaman. Perbedaan yang mendasar daripada minyak atau lemak hewani dan minyak atau lemak nabati adalah:
1.      Lemak hewani mengandung kolesterol, sedangkan lemak nabati mengandung fitostrerol
2.      Kadar lemak jenuh dalam lemak hewani lebih kecil daripada kadar lemak jenuh dalam lemak nabati
3.      Lemak hewani mempunyai bilangan Reicher-Meiss lebih besar dan bilangan Polenshe lebih kecil jika dibandingkan dengan lemak nabati.
Ada beberapa sifat fisik dari minyak dan lemak yang dapat dilihat dari minyak dan lemak, antara lain; warna, bau amis, odor dan flavor, kelarutan, titik cair dan polymerisasi, titik didih, splitting point, titik lunak, shot melting point, berat jenis, indeks bias dan kekeruhan.  Minyak mengandung zat warna alami yang menyebabkan warnanya agak kekuningan, ada yang kuning kecoklatan , kehijau-hijauan dan kemerah-merahan. Sedangkan warna akibat oksidasi dan degradasikomponen kimia yang terdapat pada minyak antara lain; warna gelap disebabkan oleh oksidasi terhadap tokoferol (vitamin E). bau amis pada minyak atau lemak disebabkan oleh interaksi trimetil amin oksida dengan ikatan rangkap dari minyak tak jenuh. Mekanisme pembentukan trimetil amin dari lesitin bersumber dari pemecahan C-N dari cholin dalam lesitin. Ikatan C-N ini dapat diuraikan oleh zat pengoksidasi seperti gugus peroksida dalam lemak, sehingga menghasilkan trimetil-amin. Odor dan flavor dalam minyak selain terdapat secara alami juga terjadi karena pembentukan asam-asam lemak berantai pendek sebagai hasil penguraian pada kerusakan minyak atau lemak. Akan tetapi odor atau flavor pada umumnya disebabkan oleh komponen bukan minyak.

6
Sebagai contoh, bau khas dari minyak kelapa sawit disebabkan karena beta-ionine sedangkan bau khas pada minyak kelapa disebabkan oleh nonyl methylketon.
Adapun sifat kimia dari minyak dan lemak antara lain: mudah terhidrolisa, teroksidasi, terhidrogenasi, esterifikasi dan pembentukan keton. Hidrolisa minyak atau lemak akan menghasilkan asam lemak dan gliserol. Reaksi hidrolisa yang dapat menyebabkan kerusakan pada minyak atau lemak karena terdapatnya air dalam minyak tersebut. Reaksi ini akan menyebabkan flavor dan bau tengik pada minyak tersebut.
Jumlah minyak atau lemak yang digunakan dalam proses pembuatan sabun harus dibatasi karena berbagai alasan, dintaranya: kelayakan ekonomi dan  spesifikasi produk diantaranya sabun tidak mudah terodsidasi, mudah berbusa dan mudah larut dalam air.
Beberapa jenis minyak atau lemak yang biasa dipakai dalam proses pembuatan sabun diantaranya:
1.      Tallow. Tallow adalah lemak sapi atau domba yang dihasilkan oleh industry pengolahan dagingsebagai hasil samping. Kualitas dari tallow ditentukan dari warna, titer (temperature solidifikasi dari asam lemak), kandungan FFA, bilangan saponifikasi dan bilangan iodine. Tallow dengan kualitas baik biasanya digunakan dalam pembuatan sabun mandi dan tallow dengan kualitas rendah digunakan dalam pembuatan sabun cuci. Oleat dan stearat adalah asam lemak yang paling banyak terdapat dalam tallow. Jumlah FFA dari tallow berkisar antara 0.75-7,0 %. Titer pada tallow umumnya di atas 40˚C. tallow dengan titer di bawah 40˚C dikenal dengan nama grease.
2.      Lard. Lard merupakan minyak babi yang masih banyak mengandung asam lemak tak jenuh seperti oleat (60-65%) dan asam lemak jenuh seperti stearat (35-40%). Jika digunakan sebagai pengganti Tallow, lard harus dihidrogenasi parsial terlebih dahulu untuk mengurangi ketidakjenuhannya. Sabun yang dihasilkan dari lard berwarna putih dan mudah berbusa.
7
3.      Coconut  Oil (minyak kelapa). Minyak kelapa  merupakan minyak nabati yang sering digunakan dalam industry pembuatan sabun. Minyak kelapa berwarna kuning pucat dan diperoleh melalui ekstraksi daging buah yang dikeringkan (kopra). Minyak kelapa memiliki kandungan asam lemak jenuh yang tinggi, terutama asam laurat, sehingga minyak kelapa tahan terhadap oksidasi yang menimbulkan bau tengik. Minyak kelapa juga mengandung asam lemak kaproat, kapriat dan kaprat.
4.      Palm oil. Minyak kelapa sawit umumnya digunakan sebagai pengganti tallow. Minyak kelapa sawit dapat diperoleh dari pemasakan buah kelapa sawit. Minyak kelapa sawit berwarna jingga kemerahan karena adanya kandungan zat warna karotenoid sehingga jika akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun harus dipucatkan terlebih dahulu. Sabun yang terbuat dari 100% minyak kelapa sawit akan bersifat keras dan sulit berbusa. Maka dari itu, jika akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun, minyak kelapa sawit harus dicampur dengan bahan lain.
5.      Palm Kernel Oil (minyak inti kelapa sawit). Minyak inti kelapa sawit diperoleh dari biji kelapa sawit. Minyak inti sawit memiliki kandungan asam lemak yang mirip dengan minyak kelapa sehingga dapat digunakan sebagai pengganti minyak kelapa. Minyak inti sawit memiliki kandungan asam lemak tak jenuh lebih tinggi dan asam lemak rantai pendek lebih rendah daripada minyak kelapa.
6.      Marine Oil (minyak jarak). Marine oil berasal dari mamalia laut (paus) dan ikan laut. Marine oil memiliki kandungan asam lemak tak jenuh yang cukup tinggi, sehingga harus dihidrogenasi parsial terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai bahan baku.
7.      Castor Oil (minyak jarak). Minyak ini berasal dari  biji pohon jarak dan biasanya digunakan membuat sabun transparan.


8
8.      Olive Oil (minyak zaitun). Minyak zaitun berasal dari ekstraksi buah zaitun. Minyak zaitun dengan kualitas tinggi memiliki warna
kekuningan. Sabun yang berasal dari minyak zaitun memiliki sifat yang keras tapi lembut bagi kulit.

2.3  Senyawa Alkali
            Jenis alkali yang umum digunakan dalam proses saponifikasi adalah NaOH, KOH, Na2CO3, NH4OH, dan ethanolamine. NaOH atau yang biasa dikenal dengan soda kaustik dalam industry sabun, merupakan alkali yang paling banyak digunakan dalam pembuatan sabun keras. KOH banyak digunakan dalam pembuatan sabun cair karena sifatnya yang mudah larut dalam air. Na2CO3 (abu soda/natrium karbonat) merupakan alkali yang murah dan dapat menyabunkan asam lemak, tetapi tidak dapat menyabunkan trigliserida (minyak atau lemak).
            Ethanolamine merupakan golongan senyawa amin alcohol. Senyawa tersebut dapat digunakan untuk membuat sabun dari asam lemak. Sabun yang dihasilkan sangat mudah larut dalam air, mudah berbusa, dan mampu menurunkan kesadahan air. Sabun yang terbuat dari ethanolamin dan minyak kelapa menunjukkan sifat mudah berbusa tetapi sabun tersebut lebih umum digunakan sebagai sabun industry dan deterjen, bukan sebagai sabun rumah tangga. Pencampuran alkali yang berbeda sering dilakukan oleh industry sabun dengan tujuan untuk mendapatkan sabun dengan keunggulan tertentu.
2.4  Bahan Pendukung
            Bahan pendukung dalam pembuatan sabun digunakan untuk menambah kualitas nilai sabun, baik dari daya guna maupun daya tarik. Bahan pendukung dalam pembuatan sabun diantaranya bahan aditif, pewarna dan pewangi. Bahan aditif merupakan bahan-bahan yang ditambahkan ke dalam sabun yang bertujuan untuk mempertinggi kualitas produk sabun sehingga menarik konsumen. Bahan aditif tersebut diantaranya adalah zat antioksidan. Pewarna dalam pembuatan sabun hendaknya menggunakan pewarna makanan atau food grade.
                                                                                                                               9
Warna sabun yang beraneka ragam akan menarik konsumen. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah pewangi atau parfum, yang harus ditambahkan dalam pembuatan sabun karena akan menambah kualitas dari sabun tersebut.   
2.5  Kalor
            Kalor adalah salah satu bentuk energy. Oleh karena itu kalor dapat diubah menjadi energy bentuk lain. Perubahan jumlah kalor pada suatu benda ditandai dengan kenaikan atau penurunan suhu atau bahkan perubahan wujud benda itu. Jika benda menerima kalor maka suhunya akan naik, sebaliknya suhunya akan turun jika melepaskan kalor. Banyak kalor yang diterima atau dilepaskan suatu benda sebanding dengan besar kenaikan atau penurunan suhunya. Secara matematis, hubungan antara banyak kalor dan kenaikan suhu dapat ditulis sebagai berikut,
            Q = m c ∆T
Keterangan:
Q = banyaknya kalor ( kalori atau Joule)
C = kalor jenis zat (kal/g ˚C)
M = massa zat (gr)
∆T = perubahan suhu (˚C)
Kalor jenis zat adalah banyaknya kalor yang diperlukan oleh zat untuk menaikkan suhunya sebesar satu satuan suhu. Kalor jenis minyak goreng sebesar 0,82 kal/gr˚C.






10
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1     Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di laboratorium SMA negeri 2 Jombang, mulai tanggal 1 Maret  sampai 15 Maret  2011.

3.2        Rancangan Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis eksperimen yaitu mengadakan kegiatan percobaan untuk melihat suatu hasil yang menegaskan kedudukan hubungan kausal antara variable-variabel yang diselidiki (Surakhmad, 1982). Sedangkan tehnik pengambilan datanya dengan cara percobaan langsung, selain juga mendapat data dari sumber sumber yang dianggap relevan terhadap penelitian yang dilakukan.

3.3           Prosedur Pembuatan Sabun Mandi
XX D
3.3.1        Bahan dan Alat Penelitian
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
-         Minyak kelapa 350 gram
-         Minyak zaitun 100 gram
-         Natrium Hidroksida (NaOH) 65 gram
-         Air  145 gram
-         Parfum secukupnya

        11
Sedangkan alat-alat yang digunakan adalah:
-         Sebuah masker sederhana
-         Sepasang sarung tangan karet
-         Botol plastic (tempat air)
-         Neraca/ timbangan
-         Spatula/sendok  
-         Beaker glass 1000 ml
-         Blender / pengaduk elektrik
-         Cetakan sabun

3.3.2        Prosedur Pembuatan Sabun Cold Proses  
1.      Campur NaOH dengan air pada wadah 1, aduk hingga tercampur rata
2.      Campur minyak kelapa dengan minyak zaitun pada wadah 2, aduk hingga tercampur rata
3.      Tuang campuran NaOH dengan air kedalam wadah 2 secara perlahan-lahan
4.      Aduk kurang lebih 30 menit dengan kecepatan 500 rpm-1500 rpm, hingga campuran menjadi kental
5.      Tambahkan parfum dan pewarna, aduk kembali sampai tercampur rata
6.      Tuang kedalam cetakan, diamkan selama 3 jam, dan sabun akan mengeras
7.      Lepas dari cetakan dan diamkan selama 2 minggu, karena proses saponifikasi akan sempurna dalam waktu 2 minggu
8.      Sabun siap digunakan
3.3.3        Prosedur Pembuatan Sabun Semi Hot Proses
1.      Campur NaOH dengan air pada wadah 1, aduk hingga tercampur rata
2.      Campur minyak kelapa dan minyak zaitun panaskan pada suhu 57˚ hingga 70˚ (menyamai suhu campuran NaOH dengan air
        12
yang panas karena terjadi reaksi eksoterm).
3.      Tuang campuran NaOH dengan air ke dalam campuran minyak (dalam keadaan panas)
4.      Aduk kurang lebih 30 menit dengan kecepatan 500 rpm -1500 rpm, hingga campuran menjadi kental
5.      Akan terjadi 2 lapisan, pisahkan antara lapisan atas dengan lapisan bawah
6.      Ambil lapisan bawah, tambahkan parfum dan pewarna, aduk kembali sampai tercampur rata
7.      Tuang kedalam cetakan, diamkan selama 12 jam, sabun akan mengeras
8.      Lepas dari cetakan dan diamkan selama 5 hari supaya proses saponifikasi sempurna
9.      Sabun siap digunakan.












13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1   Proses Pembuatan Sabun Mandi
            Sabun merupakan salah satu surfaktan yang terbuat dari reaksi antara minyak atau lemak dengan suatu alkali. Reaksinya dikenal dengan nama reaksi saponifikasi. Proses pembuatan sabun dibedakan menjadi tiga yaitu: cold proses, semi hot proses, dan hot proses. Pada cold proses pembuatan hanya dilakukan dengan pencampuran antara minyak dengan alkali kemudian diaduk hingga kental dan terakhir dicetak. Sedang pada semi hot proses, lemak atau minyak dipanaskan terlebih dahulu hingga mencapai suhu 70˚C, kemudian baru dilakukan pencampuran dalam keadaan panas, pengadukan hingga kental kurang lebih 30 menit. Setelah diaduk maka akan terjadi dua lapisan, yaitu lapisan atas berupa gliserin dan lapisan bawah adalah merupakan sabun, pisahkan antara keduanya, pada sabun ditambahkan zat aditif seperti pewangi dan pewarna, aduk kembali hingga rata, terakhir dicetak dan diamkan selama dua minggu dan sabun siap digunakan. Pada hot proses, proses pembuatan sabun tidak jauh berbeda dengan semi hot proses, yaitu minyak atau lemak dipanaskan hingga mencapai 120˚C, kemudian dilakukan pencampuran, pengadukan, pemisahan antara gliserin dan sabun yang terjadi, terakhir ditambahkan zat pendukung yaitu pewarna, dan pewangi, setelah rata dicetak dan biarkan selama dua minggu baru sabun siap digunakan.
            Berdasarkan teori kalor, Jika dibandingkan dengan kedua proses yang lain, maka cold proses adalah merupakan proses pembuatan sabun yang paling sederhana dan ramah lingkungan. Dengan cold proses kita bisa menghemat energy sebesar 20090 kalori hingga 34440  kalori dalam satu kali produksi, karena tidak memerlukan panas atau kalor maka tidak menambah polusi udara yang selama ini sudah semakin memprihatinkan.
     
Selain itu pada pembuatan sabun dengan cold proses membutuhkan bahan-bahan yang mudah didapat di sekitar kita.
Semi hot proses dan hot proses pada umumnya membutuhkan bahan lemak hewan (tallow) yang masih asing dan sulit didapat. Bahan lain yang dibutuhkan dalam hot proses adalah garam yang merupakan katalis yang membantu mengendapkan sabun. Keuntungan dan kerugian dari ketiga proses tersebut dapat dilihat dalam tabel dibawah ini.
Tabel 1.  Perbandingan Proses Pembuatan Sabun Mandi
Proses
Prosedur
Kalori
Bahan
Polusi
Cold Proses


Semi Hot Proses


Hot Proses
Mencapur, mengaduk, mencetak

Mencapur, mengaduk, memisahkan, mencetak


Mencapur, mengaduk, memisahkan, mencetak


  0


  31.500 kal



  54.000 kal
Minyak, alkali, parfum

Minyak, alkali, parfum, sumber energi

Minyak, alkali, parfum, sumber energy, katalis
Tidak ada


Ada



Ada



4.2  Bagaimana Sabun Bisa Membersihkan
            Setiap sabun dibuat melalui reaksi antara minyak dengan bahan yang disebut alkali atau basa yang sangat kuat, karena dibuat melalui pencampuran
        15
sebuah senyawa organic dengan senyawa anorganik, molekul sabun mempertahankan beberapa ciri kedua senyawa tersebut. Molekul sabun mempunyai senyawa bipolar. Molekul sabun mempunyai sebuah kepala yang   bersifat hidrofilik (dapat larut dalam air) dan bagian ekor bersifat hidrofobik (larut dalam minyak atau lemak). Molekul sabun mempunyai kaki organic yang senang bergandengan dengan bahan-bahan organic berminyak dan sebuah kepala anorganik yang senang bergandengan dengan senyawa air. Itulah sebabnya sabun memiliki kemampuan tiada banding dalam menarik kotoran berminyak dari tubuh ke dalam air.
            Segala sesuatu yang kita sebut kotoran atau bahan asing adalah bahan berminyak atau melekat dengan bantuan minyak. Dan sabun adalah pengusir minyak yang baik dan unik. Cara kerja sabun adalah mengikat minyak kedalam air, sehingga akhirnya minyak dan kotoran dapat dibilas dengan mudah.
Molekul-molekul sabun berbentuk panjang dan tipis. Pada hampir seluruh panjangnya (atau“ekornya”) strukturnya tepat sama dengan molekul-molekul minyak, karena itu memiliki afinitas atau keakraban dengan molekul-molekul minyak. Tapi, pada salah satu ujungnya yang lain (atau”kepalanya”) ada sepasang atom yang muatan listriknya sedemikian hingga hanya senang bergabung dengan molekul-molekul air, dan kepala inilah yang membuat seluruh melokul sabun menyatu dengan air yang membuatnya dapat larut.
Sewaktu berenang di dalam air, apabila sekelompok molekul sabun bertemu dengan partikel kotoran berminyak pada pakaian, ekor mereka yang senang berteman dengan minyak akan mengikatkan diri dengan molekul-molekul minyak, sedangkan kepala membuat molekul-molekul sabun tetap menyatu erat dengan air. Alhasil minyak tertarik kedalam air, selanjutnya partikel kotoran yang semula disandera oleh minyak kini bebas untuk ikut mengalir dengan air.
Alkali dalam sabun didapat dari larutan NaOH yang dapat kita beli di toko bangunan sebagai bahan kimia anti mampat atau dapat juga di beli di toko bahan kimia.
16
Sementara itu, bahan - bahan  yang digunakan dalam pembuatan sabun ini sangat berpengaruh pada sabun yang dihasilkan. Jika dipakai minyak dengan kandungan asam tak jenuh dan rantai pendek, maka akan menghasilkan sabun cair. Sedangkan bila dipakai minyak dengan kandungan asam lemak jenuh dan berantai panjang, maka akan dihasilkan sabun yang tak larut pada suhu kamar (sabun padat).
Dalam penelitian ini digunakan minyak kelapa sebagai bahan dasarnya. Encyclopedia of chemical tehnology, Kirk-Othmer menyebutkan bahwa minyak kelapa mengandung beberapa senyawa seperti tercantum dalam table dibawah ini.
Tabel 2. Kandungan dalam Minyak Kelapa
Kandungan
%
Caprylic
Capric
Lauric
Myristic
Palmitic
Stearic
Oleic
Linoleic
Linotenic
7
6
50
18
8,5
3
6
1
0,5

Berdasarkan table diatas, kandungan terbanyak pada minyak kelapa adalah asam laurat yang mempunyai rantai karbon jenuh yang tinggi sehingga tahan terhadap oksidasi. Dan karena mempunyai rantai carbon yang panjang sehingga tidak membuat kulit iritasi. Pada pembuatan  sabun mandi sendiri kita menentukan sendiri zat aktif yang akan digunakan. Pada penelitian ini digunakan zat aktif berupa minyak zaitun sebagai campuran minyak kelapa katrena minyak zaitun mengandung vitamin E yang sangat tinggi.
               17
Vitamin E merupakan zat antioksidan sehingga membuat sabun tidak mudah teroksidasi atau dapat dikatakan tidak mudah menjadi tengik. Selain itu vitamin E juga berfungsi sebagai penghalus kulit.
            Sabun buatan sendiri bukan hanya membersihkan, tapi juga menandung sekitar 25 % gliserol. Gliserol selain bisa melembutkan kulit, juga meyejukkan dan meminyaki kulit. Karena pada sabun buatan sendiri dengan cold proses,  gliserol tidak dipisahkan tetapi ikut teremulsi kedalam sabun.
            Reaksi pembuatan sabun atau disebut reaksi saponifikasi menghasilkan sabun sebagai produk utama dan gliserin atau gliserol sabagai produk samping. Reaksi penyabunan dapat ditulis sebagai berikut:
C3H5 – C – OR                                                  C3H5 --- OH
|                                                                       
C3H5 - C – OR    +   3 NaOH                           C3H5       OH       +  3 Na        COOR  
|                                                                      
C3H5 – OH                                                      C3H5           OH              
Asam lemak                                                   gliserol                          sabun  

4.3  Keuntungan Pembuatan Sabun dengan Proses Dingin
Dalam pembuatan sabun dengan Proses dingin, didapatkan beberapa keuntungan dari pada pembuatan sabun dengan Semi Hot Process atau Hot Process, yaitu:
1.      Dalam pembuatan sabun dengan proses dingin tidak diperlukan adanya kalor, sehingga dapat menekan penggunaan bahan bakar Migas (Minyak dan Gas) yang merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui.,
                                                                                                              18
2.      Megurangi polusi udara di bumi yang diakibatkan oleh penggunaan bahan bakar migas, sehingga pembuatan sabun dengan proses dingin termasuk dalam industri ramah lingkungan.
3.      Hasil sabun yang didapat melalui proses dingin lebih banyak, karena dalam pembuatan sabun melalui proses dingin tidak terjadi pemisahan lapisan atas dari adonan sabun yang merupakan gliserol.
4.      Karena tidak terjadi proses pemisahan lapisan atas yang merupakan gliserol dari adonan utama maka sabun yang diperoleh melalui proses dingin mengandung gliserol yang berfungsi sebagai penghalus kulit.
5.      Biaya produksi dalam pembuatan sabun dengan proses dingin lebih ringan, karena dalam pembuatan sabun tidak dibutuhkan biaya pembelian bahan bakar.
4.4  Pendapat Masyarakat tentang Sabun Cool Process
Untuk mengetahui pendapat masyarakat tentang sabun cool process, peneliti melakukan tes organoleptik pada masyarakat. Yaitu dengan menyebar angket. Berikut adalah hasil dari penyebaran angket pada 40 orang.
1.      Menurut banyaknya busa yang dihasilkan saat sabun digunakan.
Diagram 4.4.1. Banyaknya Busa



       19
2.      Menurut Bau Sabun saat digunakan
Diagram 4,4,2, Bau Sabun
3.      Menurut Rasa Sabun saat digunakan
Diagram 4.4.3. Rasa Sabun di Badan
4.      Menurut Tekstur dari sabun saat digunakan
Diagram 4.4.4. Tekstur Sabun

         
   20
Menurut hasil tes organoleptik yang tergambar pada diagram, maka dapat disimpulkan bahwa sabun cool process mempunyai crri fisik yang hampir sama dengan sabun-sabun lainnya. Dan masyarakat dapat menerima sabun cool process sama seperti sabun lainnya yang dibuat dengan semi hot process dan hot process.

















        21
SIMPULAN DAN SARAN

5.1  Simpulan
            Dari penelitian yang sudah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1.      Sabun dapat dibuat dengan proses dingin tanpa pemanasan (cold proses), yaitu hanya dengan mencampur antara minyak dengan alkali (NaOH) dan kemudian mengaduk hingga kental dan terakhir mencetak. Dan proses saponifikasi akan sempurna dalam waktu dua minggu.
2.      Sabun terbuat dari minyak yang merupakan senyawa organic dan senyawa alkali yang merupakan senyawa anorganik, sehingga sabun mempunyai sifat bipolar dimana ujung yang satu bersifat hidrofilik yang artinya suka terhadap senyawa air dan ujung yang lain bersifat hidrofobik yang artinya suka terhadap minyak. Itulah sebabnya sabun dapat menarik kotoran yang melekat pada kulit dan ikut terbuang bersama dengan air.
3.      Dengan  cold proses, banyak keuntungan yang diperoleh dibandingkan dengan kedua proses yang lain yaitu: membutuhhan bahan yang mudah didapat, biaya lebih murah, tidak membutuhkan pemanasan sehingga tidak memerlukan energy, bisa menghemat energy sebesar 20090 kalori hingga 34440 kalori. Karena tidak memerlukan pemanasan sehingga mengurangai polusi udara.
5.2  Saran
            Sementara saran yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1.      Perlu adanya sosialisasi dalam pembuatan sabun yang sederhana dan ramah lingkungan ini atau pembuatan sabun dengan cold proses.

2.      Dapat ditingkatkan dengan mencoba pembuatan sabun menggunakan agen aktif (campuran) yang lain selain minyak zaitun misalnya susu, madu dan senyawa herbal lainnya sesuai dengan kebutuhan kulit.
DAFTAR PUSTAKA
http:// insidewinme.blogspot.com/2007/09/membuat-sabun-mandi-sendiri.html
Purwanto, Budi, 2006. Fisika 1B Teori dan Implementasinya. Tiga Serangkai; Solo
Sumpena.files.wordpress.com/2007/03/membuat sabun mandi sendiri.ppt
Sutresna, Nana. 2004. Sains Kimia untuk SMP kelas VII.  Grafindo Media Pratama.Bandung















        23
Lampiran 1 : Perhitungan energy dalam pembuatan sabun
1.      Cold Proses
Massa minyak   = 350 gr
Kalor jenis minyak = 0,82 kal/gr˚C
Suhu awal = 0˚C
Suhu akhir = 0˚C
Kalor yang diperlukan (Q) = m c ∆T
                                           =  350 . 0,82 . 0
                                           = 0

2.      Semi Hot Proses
Massa minyak  = 350 gr
Kalor jenis minyak = 0,82 kal/gr˚C
Suhu awal = 0˚C
Suhu akhir = 70˚C
Kalor yang diperlukan (Q) = m c ∆T
                                           = 350 . 0,82 . 70
                                           = 20090 kalori

3.      Hot proses
Massa minyak = 350 gr
Kalor jenis minyak = 0,82 kal/gr˚C
Suhu awal = 0˚C
Suhu akhir = 120˚C
Kalor yang diperlukan (Q) = m c ∆T
                                           = 350 . 0,82 . 120
                                           = 34440 kalori

        24

Lampiran 2 : Angket
1.       Menurut anda bagaimanakah busa yang dihasilkan oleh sabun ini?
a.       Sangat banyak
b.      Banyak
c.       sedikit
d.      Sangat sedikit
e.      Tidak ada
2.       Menurut anda bagaimana bau dari sabun ini?
a.       Sangat Wangi
b.      Wangi
c.       Tidak berbau
d.      Tengik
e.      Sangat Tengik
3.       Menurut anda bagaimana rasa sabun ini apabila digunakan pada badan?
a.       Sangat gatal
b.      Gatal
c.       Kurang gatal
d.      Tidak Gatal
e.      Sangat tidak gatal
4.       Menurut anda bagaimana tekstur dari sabun ini apabila digunakan pada badan?
a.       Sangat Lembut
b.      Lembut
c.       Kurang Lembut
d.      Tidak Lembut
e.      Sangat tidak lembut








25

2 komentar:

  1. Di proses pembuatan sabun tanpa panas setelah mixing langsung bisa dicetak. Klo aplikasinya kan ada lapisan sabun dan gliserin (sesuai percobaanku), berarti kan ga bisa langsung cetak, harus dipisahin dulu.

    BalasHapus
  2. Terima kasih atas perkongsiannya.
    Saya ambil yang haq sahaja.lain tiada dulu kini dan selamanya.

    BalasHapus

Entri Populer