Orientasi
eksternal dan internal
Banyak perluang dalam
mengidentifikasi hal baru dan lebih baik untuk dikerjakan dan cara baru dan
lebih baik didalam mengerjakan sesuatu. Wirausahawan adalah orang yang mencari
dan melihat peluang yang tersembunyi dengan gagsan baru, kemudian bekerja keras
mengubah peluang menjadi kenyataan.
Para
wirausahawan mempunyai rasa ingin tahu yang besar dan senantiasa menyimpan
informasi yang menarik minat dalam ingatan mereka. Terdapat dua jenis
kesadaran yang memaksa penelusuran
peluang venture yang baru yaitu
kesadaran yang tercermin dalam orientasi eksternal dan yang tercermin
dalam orientasi internal.
Keingintahuan
dan minat pada apa yang terjadi didunia merangsang orientasi eksternal. Para
wirausahawan menelusuri banyak sumber gagasan.
Sumber gagasan yang baru tersebut adalah :
- Konsumen
kita bisa mendapatkan ide usaha baru
dari konsumen, yaitu dengan mencoba memenuhi kebutuhan mereka yang mungkin
belum terpenuhi oleh produk atau jasa yang telah ada.
- Perusahaan yang sudah ada
kita bisa melakukan pengamatan
terhadap usaha-usaha yang kira-kira bisa diterima oleh pasar dan melakukan
modifikasi atas usaha tersebut sehingga punya keunggulan yang lebih.
- Saluran distribusi
kita juga bisa mendapatkan ide
usaha/produk baru dari saluran distribusi karena merekalah yang langsung
berhubungan dengan konsumen sehingga biasanya lebih paham tentang keinginan
konsumen.
- Pemerintah
ide usaha bisa di dapat dari
berbagai macam peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah.
- Penelitian dan pengembangan
ide usaha baru seringkali didapat
dari hasil penelitian dan pengembangan yang berhasil menemukan produk baru.
Orientasi internal merangsang
penggunaan sumber daya-sumber daya pribadi untuk mengidentifikasi peluang
venture baru. Setiap orang menyimpan pengetahuan sepanjang tahun. Pengetahuan
in tersusun dari berbagai jenis data, gagasan, konsep, prinsip-prinsip, citra,
dan fakta-fakta. Terdapat tiga tahap
penggunaan sumber daya-sumber daya internal yaitu :
- Analisa konsep hingga bisa terdefinisi dengan jelas,
termasuk penguraian masalah yang perlu dipecahkan
- Penggunaan daya ingat untuk menemukan kesamaan dan
unsur-unsur yang nampaknya berhubungan dengan konsep dan
masalah-masalahnya
- Rekombinasi unsur-unsur tersebut dengan cara baru dan
bermanfaat untuk memecahkan masalah-masalah dan membuat konsep dasar bisa
dipraktekkan
Proses inovasi dapat diuraikan sebagai berikut :
- Wirausahawan melihat adanya kebutuhan
- Mengumpulkan data dan mendefinisikan konsep-konsep
- Menguraikan masalah-masalah
- Menggunakan daya ingat untuk mencari kesamaan
- Menemukan kesamaan dan gagasan yang berhubungan
- Melihat bagaimana menggabungkan kesamaan dan gagasan
yang berhubungan
- Mencari pemecahan sementara
- Meneliti pemecahan dengan hati-hati
- Bergerak terus jika semuanya baik
- Mencapai keberhasilan
PEMUNCULAN GAGASAN PRODUK BARU
Pencarian
bermacam-macam gagasan yang menjanjikan merupakan titik pangkal dalam proses
pengembangan produk baru. Penggalian gagasan terentang mulai dari perbaikan
tambahan atas produk yang ada sekarang sampai ke produk yang sama sekali baru
bagi pasar dunia.
Sumber Gagasan
Titik awal
sebuah program produk baru yang efektif di segenap penjuru dunia adalah sebuah
sistem informasi yang menggali ide produk baru dari semua sumber yang secara
potensial berguna, dan menyalurkan ide tersebut ke dalam penyaringan yang
relevan danpusat-pusat keputusan di dalam organisasi. Tujuannya adalah membuat
suatu pemunculan gagasan dan program evaluasi yang memenuhi kebutuhan
perusahaan. Bagi sebagian besar perusahaan, program pencarian ide kemungkinan
akan ditujukan dalam rentang produk dan keterlibatan pasar yang konsisten
dengan misi dan tujuan korporat dan strategi unit bisnis.
• Pelanggan
Konsep pemasaran menyatakan bahwa
kebutuhan dan keinginan pelanggan merupakan tempat logis untuk memulai
pencarian gagasan produk baru. Perusahaan-perusahaan teknis dapat mempelajari
banyak hal dengan mengkaji para pelanggan utama mereka.
•Eksportir
Perusahaan yang terjun di pasar
internasional hanya melalui ekspor berkepentingan dengan ide-ide dari pasar
asingnya, tetapi perusahaan secara fisik tidak hadir di sana. Para distributor
dapat dihitung sebagai bagian dari jaringan inteljen perusahaan.
•Manajemen
Puncak
Manajemen puncak dapat pula menjadi
sumber gagasan produk baru. Beberapa pimpinan perusahaan mengemban tanggung
jawab pribadi atas inovasi teknologis di dalam perusahaan mereka.
•Licensees
(lisensi)
Pemegang lisensi adalah pihak
independen yang terikat untuk membayar royaltiatas apa yang mereka produksi dan
jual, tetapi biasanya tidak terikat kerja sama dalam cara lainnya.
•Usaha
Patungan
Ancangan usaha patungan untuk pasar
asing memberikan suara manajemen perusahaan internasional di dalam perusahaan
lokal. Jika mitra nasional mempunyai ekuitas yang signifikan dalam usaha
patungan, mitra tersebut akan memiliki kepentingan dalam mengklaim, atau paling
tidak memiliki bersama, ide dan pengembangan produk baru.
•Anak
Perusahaan
Satu-satunya keterbatasan
menggunakan anak perusahaan asing sebagai bagian dari perencanaan produk
terletak dalam ukuran anak perusahaan tersebut dan dalam organisasi
internasional perusahaan.
•Pesaing
Perusahaan dapat mencari ide produk
yang baik dengan mempelajari produk dan jasa pesaingnya. Mereka dapat
mempelajari dari para distributor, pemasok, dan perwakilan penjualan, apa yang
dilakukan oleh kempetitornya.
•Departemen
Produk Baru Internasional
Salah satu ancangan untuk mencari
jalan keluar dari masalah tingginya volume arus informasi yang dibutuhkan guna
mengamati secara memadai peluang produk baru, dan selanjutnya menyaring
peluang-peluang ini guna mengidentifikasi calon-calon yang akan diselidiki
lebih jauh adalah departemen produk baru dikantor pusat.
•Pandu Produk
Baru
Pandu produk adalah para karyawan
atau konsultan yang pekerjaan pokoknya adalah mencari gagasan yang menawarkan
potensi komersial bagi perusahaan yang mensponsorinya.
Proses Pengembangan Produk Baru
Sebagian
besar perusahaan memilih sistem dan proses formal untuk mengelola program
pengembangan produk baru. Secara umum, proses-proses tersebut memiliki kesamaan
dalam hal 6 tahap pokok yang terdiri atas: (1) pemunculan ide (idea
generation); (2) penyaringan (screening), (3) pengembangan produk; (4)
pengujian produk/pasar; (5) analisis bisnis; dan (6)
komersialisasi.
I: Pemunculan Ide – Idea Generation
Proses pengembangan produk baru
berawal dari pencarian ide. Ide produk baru dapat berasal dari sejumlah sumber,
misalnya departemen riset dan pengembangan, konsumen, ilmuwan, pesaing,
karyawan (terutama wiraniaga), anggota saluran distribusi (distributor), dan
manajemen puncak. Biasanya gagasan yang muncul dari sisi teknologi pemisahaan
cenderung akan dirunuskan dalam technological terms (misalnya, gagasan mobil
baru didasarkan pada desain yang diperbaiki untuk aerodinamis) atau
karakteristik fisik (seperti ponsel
baru yang lebih ringan dan kecil). Bila gagasan berasal dari konsumen atau distributor, kecenderungannya adalah bahwa ide tersebut dijabarkan dalam konteks manfaat pemecahan masalah (misalnya, koper atau tas yang dapat mudah dimasukkan ke dalam overhead compartment di pesawat). Oleh sebab itu, konsep produk baru harus dinyatakan dalam dua aspek: (1) spesifikasi manfaat yang bakal diterima oleh para pelanggan potensial; dan (2) definisi atribut fisik atau teknologi yang dapat menghasilkan manfaat-manfaat tersebut.
baru yang lebih ringan dan kecil). Bila gagasan berasal dari konsumen atau distributor, kecenderungannya adalah bahwa ide tersebut dijabarkan dalam konteks manfaat pemecahan masalah (misalnya, koper atau tas yang dapat mudah dimasukkan ke dalam overhead compartment di pesawat). Oleh sebab itu, konsep produk baru harus dinyatakan dalam dua aspek: (1) spesifikasi manfaat yang bakal diterima oleh para pelanggan potensial; dan (2) definisi atribut fisik atau teknologi yang dapat menghasilkan manfaat-manfaat tersebut.
Ada beberapa teknik yang dapat
membantu setiap individu dan kelompok dalam organisasi untuk menghasilkan
ide-ide yang lebih baik:
Daftar atribut Teknik ini memerlukan
daftar atribut-atribut utama dari produk lama dan memodifikasi setiap atribut
dalam upaya mencari produk yang lebih baik. Misalnya sebuah obeng. Atributnya
adalah batangan besi bundar, pegangannya dari kayu, dioperasikan secara manual,
dan tenaga putarannya diperoleh dari kegiatan memutar.
Kemudian suatu kelompok
mempertimbangkan cara untuk meningkatkan kinerja atau daya tarik produk.
Batangan bundar tersebut dapat diubah menjadi segi enam sehingga dapat
ditambahkan pegangan untuk memperkuat tenaga putaran; tenaga listrik dapat
menggantikan tenaga manusia; tenaga putaran dapat
dihasilkan dengan mendorong. Ide-ide yang bermanfaat dapat diperoleh melalui cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan berikut pada suatu obyek dan atribut-atributnya:dapatkah digunakan untuk kegunaan lain? Disesuaikan? Diperkuat? Diperkecil? Digantikan? Ditata ulang? Dibalik? Digabungkan?
dihasilkan dengan mendorong. Ide-ide yang bermanfaat dapat diperoleh melalui cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan berikut pada suatu obyek dan atribut-atributnya:dapatkah digunakan untuk kegunaan lain? Disesuaikan? Diperkuat? Diperkecil? Digantikan? Ditata ulang? Dibalik? Digabungkan?
Forced Relationship
Dalam teknik ini, beberapa obyek
dipertimbangkan keterkaitannya satu sama lain. Misalnya, seorang produsen
peralatan kantor ingin merancang meja kerja eksekutif baru. Beberapa obyek
didaftar, misalnya meja kerja, televisi, jam, komputer, mesin foto kopi, mesin
fax, lemari buku, dan lain-lain. Hasilnya adalah suatu meja kerja
elektronik dengan panel seperti yang terdapat pada kokpit pesawat.
elektronik dengan panel seperti yang terdapat pada kokpit pesawat.
Analisis morfologi
Metode ini membutuhkan identifikasi
dimensi struktural masalah dan menguji hubungan-hubungan di antaranya. Misalnya
permasalahannya berkaitan dengan pemindahan sesuatu dari tempat tertentu ke
tempat lainnya dengan kendaraan. Dimensi utamanya adalah jenis kendaraannya
(kereta, kursi, penghela, tempat tidur), perantaranya (udara, air, minyak,
permukaan keras, roda, rel), sumber tenaganya (tekanan udara, mesin uap
internal, motor listrik). Sehingga kendaraan jenis kereta dengan tenaga dari
mesin uap internal dan bergerak di atas permukaan keras adalah mobil. Yang
diharapkan adalah untuk membuat suatu kombinasi baru.
Identifikasi Kebutuhan/Masalah
Teknik-teknik di atas (daftar
atribut, forced relationship, dan analisis morfologi) tidak memerlukan masukan
dari konsumen untuk menghasilkan ide. Berbeda dengan teknik-teknik tersebut,
identifikasi kebutuhan/masalah dimulai dari konsumen. Konsumen ditanya mengenai
kebutuhan, masalah, dan ide-ide mereka. Misalnya
konsumen ditanyai mengenai masalah mereka dalam menggunakan produk tertentu. Kemudian berbagai masalah yang muncul dikelompokkan berdasarkan tingkat keseriusannya, frekuensinya, dan biaya penanggulangannya untuk menentukan perbaikan produk apa saja yang harus dilakukan.
konsumen ditanyai mengenai masalah mereka dalam menggunakan produk tertentu. Kemudian berbagai masalah yang muncul dikelompokkan berdasarkan tingkat keseriusannya, frekuensinya, dan biaya penanggulangannya untuk menentukan perbaikan produk apa saja yang harus dilakukan.
Brainstorming
Dalam teknik ini, perusahaan
membentuk semacam kelompok yang terdiri atas enam sampai sepuluh orang. Mereka
diminta untuk mengajukan usul dan ide sebanyak mungkin dalam jangka waktu
tertentu (misalnya dalam satu jam). Agar dapat efektif maka ada empat pedoman
yang sebaiknya digunakan:
Tanpa kritik, artinya
komentar-komentar negatif atas ide-ide yang dikemukakan harus ditahan sampai
semua ide tertampung. Pemberian kebebasan, maksudnya semakin liar atau semakin
gila ide-ide yang dikemukakan, semakin baik. Hal ini karena lebih mudah
mengurangi daripada memancing munculnya ide. Mendorong kuantitas, di mana
semakin banyak jumlah ide, maka semakin besar kemungkinan diperoleh ide yang
baik. Mendukung penggabungan dan perbaikan ide, di mana setiap anggota kelompok
dimungkinkan untuk menggabungkan idenya dengan ide dari rekan lainnya untuk
memperoleh ide baru lainnya.
Sinektik
Terkadang metode brainstorming
menghasilkan pemecahan terlalu cepat, sebelum dikembangkan berbagai perspektif
yang memadai. Oleh karena itu ada teknik lain yang disebut metode sinektik.
Dalam metode ini, ada lima prinsip pokok yang dijadikan acuan, yaitu:
Penundaan: lihat sudut pandangnya dulu, baru
pemecahannya.
Otonomi obyek: biarkan masalah tersebut seperti
apa adanya.
Gunakan tempat yang umum: ambil keuntungan dari keterbiasaan
sebagai titik tolak.
Keterlibatan/keterlepasan: ambil posisi antara masuk kesuatu
masalah dan berdiri di luarnya, sehingga dapat melihatnya sebagai suatu
keseluruhan.
Gunakan metafora: biarkan hal-hal yang tidak relevan
dan kebetulan memberikan analogi yang dapat menjadi sumber sudut pandang baru.
II: Penyaringan Ide – Screening
Tahap penyaringan ide terdiri atas
sejumlah aktivitas yang dirancang untuk mengevaluasi suatu konsep produk baru.
Konsekuensinya, akan ada banyak konsep baru yang dieliminasi dalam tahap ini.
Setidaknya, informasi yang diperoleh dalam tahap penyaringan dapat membantu
pihak manajamen untuk: (1) memproyeksikan tingkat permintaan potensial, (2)
mengidentifikasi peluang keberhasilan produk, dan (3) memperkitakan tingkat
kanibalisasi. Kegiatan-kegiatan penyaringan dapat meliputi studi potensi pasar
(market potensial studies), pengujian konsep (concept test), dan model skoring
(scoring model).
• Studi Potensi Pasar
Melalui studi ini dapat diperkirakan
jumlah pembeli potensial, tingkat pembelian poxensial, dan situasi persaingan
(siapa pesaing utama, kemungkinan reaksinya, dan peluang terjadinya kompetisi
harga).
• Pengujian Konsep
Pengujian konsep merupakan metode
yang berusaha mengukur minat pembeli suatu produk sebelum prototype aktualnya
dikembangkan. Pengujian ini bermanfaat untuk memberikan semacam wawasan atau
gambaran bagi pihak manajemen mengenai tantangan business.cc”title=”"
>pemasaran spesifik yang harus diatasi jika perusahaan akhimya
mengkomersialisasi ide produk baru tersebut. Manfaat lainnya adalah untuk
membantu upaya memproyeksikan kemungkinan.terjadinya dan tingkat kanibalisasi.
Dalam pengujian ini, biasanya pembeli potensial diminta membaca
pernyataan-pernyataan tentang fitur dan manfaat produk yang kadangkala disertai
pula dengan visualisasinya, selanjutnya mereka diminta untuk menjawab kuesioner
terstruktur berkaitan dengan produk tersebut. Konsumen diminta mengungkapkan
penilaian, persepsi, dan kesediaan atau kemungkinannya untuk
mencoba ide produk baru.
mencoba ide produk baru.
• Model Skoring
Model ini memungkinkan manajer untuk
menyusun peringkat daya tarik secara umum dari suatu konsep produk baru, atau
meranking berbagai konsep yang sating bersaing. Prosedur pokok model ini adalah
memberikan informasi menyangkut masing-masing konsep kepada sekelompok manajer
dan meminta mereka secara independen menilai konsep-konsep tersebut berdasarkan
serangkaian karakteristik yang berkaitan dengan peluang pasar, kesesuaian
antara produk dan perusahaan, konsistensi dengan prioritas korporat, serta
faktor-faktor lain yang mempengaruhi kesuksesan produk baru. Adapun
faktor-faktor penunjang kesuksesan produk baru meliputi:
a) Superioritas/kualitas
produk dalam hal fitur, manfaat, keunikan, corak/model, dan seterusnya.
b) Keunggulan ekonomis bagi konsumen, berupa value for money.
c) Sinergi antara produk baru dan perusahaan secara keseluruhan, terutama dalam hal pemanfaatan ketrampilan pemasaran, keterampilan manajerial, dan pengetahuan bisnis yang telah mapan.
d) Kompatibilitas teknologi dengan kapabilitas riset dan pengembangan, rekayasa, dan produksi perusahaan.
e) Familiaritas bagi perusahaan.
f) Kebutuhan, pertumbuhan dan ukuran pasar yang mencerminkan peluang pasar.
g) Situasi persaingan.
h) Jenis peluang yang tersedia, yaitu apakah produk baru tersebut memiliki pasar yang telah mapan ataukah benar-benar produk inovatif yang pasarnya juga belum berkembang.
i) Definisi proyek pengembangan produk baru.
b) Keunggulan ekonomis bagi konsumen, berupa value for money.
c) Sinergi antara produk baru dan perusahaan secara keseluruhan, terutama dalam hal pemanfaatan ketrampilan pemasaran, keterampilan manajerial, dan pengetahuan bisnis yang telah mapan.
d) Kompatibilitas teknologi dengan kapabilitas riset dan pengembangan, rekayasa, dan produksi perusahaan.
e) Familiaritas bagi perusahaan.
f) Kebutuhan, pertumbuhan dan ukuran pasar yang mencerminkan peluang pasar.
g) Situasi persaingan.
h) Jenis peluang yang tersedia, yaitu apakah produk baru tersebut memiliki pasar yang telah mapan ataukah benar-benar produk inovatif yang pasarnya juga belum berkembang.
i) Definisi proyek pengembangan produk baru.
Dalam penyaringan ide, perusahaan
harus menghindari dua jenis kesalahan. Yang pertama adalah menolak ide yang
sesungguhnya bagus, dan yang kedua adalah menerima dan meneruskan ide yang
buruk ke tahap pengembangan dan komersisasi. Dalam hal ini, kita dapat
membedakan tiga jenis kegagalan produk. Pertama, kegagalan produk yang absolut,
yaitu kegagalan yang menimbulkan kerugian, di mana penjualan tidak dapat
menutupi biaya variabel. Kedua, kegagalan produk yang bersifat parsial, di mana
ini menimbulkan kerugian tetapi penjualannya dapat menutupi biaya variabel dan
sebagian biaya tetap. Sedangkan yang ketiga, kerugian produk relatif adalah
jenis kegagalan produk yang memberikan laba yang lebih kecil daripada sasaran
tingkat pengembalian yang diharapkan perusahaan.
Tujuan penyaringan ide adalah untuk
menolak ide-ide buruk sedini mungkin. Mengapa harus demikian? Karena biaya
pengembangan produk semakin besar dalam setiap tahap pengembangan. Jika sebuah
produk telah mencapai tahap berikutnya, maka umumnya pihak manajemen
beranggapan bahwa mereka telah melakukan banyak investasi dalam produk
tersebut, sehingga produk itu harus diluncurkan untuk mengembalikan investasi
yang telah dikeluarkan. Padahal sesungguhnya ide awalnya bukanlah ide yang
bagus, karena itu situasi ini dapat menimbulkan kerugian besar bagi perusahaan.
Suatu ide produk baru perlu
dijelaskan dalam bentuk standar yang menggambarkan ide produk, pasar sasaran
dan persaingannya, serta memberikan perkiraan kasar mengenai ukuran pasarnya,
harga produk, waktu dan biaya pengembangan, biaya produksi, dan tingkat
pengembalian. Kemudian setiap ide yang ada dibandingkan dengan sejumlah
kriteria. Ajukan pertanyaan secara rinci mengenai apakah suatu ide produk dapat
sesuai dengan tujuan, strategi, dan sumber daya perusahaan. Ide-ide
yang tidak dapat menjawab satu atau lebih pertanyaan-pertanyaan tersebut harus
ditolak.
III: Pengembangan Produk – Product
Development
Ide-ide yang menarik harus
disempurnakan menjadi konsep produk yang dapat diuji. Ada perbedaan antara ide
produk, konsep produk, dan citra produk. Yang dinamakan ide produk adalah
produk yang mungkin ditawarkan perusahaan ke pasar. Konsep produk merupakan
versi yang lebih rinci dari suatu ide yang dinyatakan dalam
istilah yang dimengerti konsumen. Sedangkan citra produk ialah gambaran khusus yang diperoleh konsumen mengenai produk yang masih potensial ataupun yang sudah aktual.
istilah yang dimengerti konsumen. Sedangkan citra produk ialah gambaran khusus yang diperoleh konsumen mengenai produk yang masih potensial ataupun yang sudah aktual.
Pengembangan produk merupakan upaya
teknis yang mengubah suatu konsep menjadi produk nyata (working product). Dalam
hal ini terdapat tiga kegiatan utama yang saling berkaitan:
a. Pengembangan arsitektur
produk (product
architecture) yang merupakan spesifikasi bagian-bagian, komponen, rakitan, dan
teknologi serta keterkaitannya yang menghasilkan fungsi sesuai dengan apa yang
diinginkan. Jadi, arsitektur produk merupakan rencana dasar yang memastikan
bahwa konsep produk bakal diimplementasikan.
b. Aplikasi desain industri (industrial design), yaitu
proses menciptakan dan mengembangkan spesifikasi produk yang dapat
mengoptimalkan fungsi, nilai, dan tampilan produk. Aktivitas ini biasanya
dilakukan para perancang profesional yang bekerja dalam tim lintas fungsional.
c. Penilaian atas
persyaratan/kebutuhan manufaktur dan uji kinerja yang selanjutnya bermanfaat untuk memperoleh informasi
berkenaan dengan keputusan penetapan harga dan biaya pemasaran lainnya.
IV: Pengujian Pasar/Produk – Product
Testing / Market Testing
Tujuan tahap ini adalah untuk:
(1) memberikan penilaian yang lebih
rinci mengenai peluang sukses produk baru,
(2) mengidentifikasi penyesuaian-penyesuaian akhir yang dibutuhkan untuk produk, dan
(3) menetapkan elemen-elemen penting dalam program pemasaran yang akan digunakan untuk memperkenalkan produk di pasar. Secara garis besar, terdapat 4 kegiatan dalam pengujian pasar/ produk:
(2) mengidentifikasi penyesuaian-penyesuaian akhir yang dibutuhkan untuk produk, dan
(3) menetapkan elemen-elemen penting dalam program pemasaran yang akan digunakan untuk memperkenalkan produk di pasar. Secara garis besar, terdapat 4 kegiatan dalam pengujian pasar/ produk:
a. Pengujian teknis
(technical testing) dengan cara
membuat prototipe yang merupakan approximation produk akhir. Pengujian
kinerja produk prototipe dapat memberikan sejumlah informasi penting mengenai:
kinerja produk prototipe dapat memberikan sejumlah informasi penting mengenai:
Usia pajang produk (product shelf life)
Tingkat keusangan produk
Masalah yang timbul akibat penggunaan atau konsumsi yang tidak semestinya
Potensi kerusakan yang membutuhkan penggantian
Jadwal pemeliharaan yang tepat.
Tingkat keusangan produk
Masalah yang timbul akibat penggunaan atau konsumsi yang tidak semestinya
Potensi kerusakan yang membutuhkan penggantian
Jadwal pemeliharaan yang tepat.
Masing-masing jenis informasi
tersebut dapat memiliki dampak biaya pada pemasaran produk. Sebagai contoh
estimasi usia pajang produk dapat mempengaruhi frekuensi dan biaya pengiriman.
Kemungkinan timbulnya masalah pemakaian yang signifikan dapat mengakibatkan
diperlukannya tambahan informasi periklanan, labeling, atau point-of-sale.
b. Pengujian preferensi dan kepuasan (preference and satisfaction
testing) yang digunakan untuk menetapkan elemen-elemen yang akan dirancang
dalam rencana pemasaran dan untuk membuat ramalan penjualan awal dari produk
baru. Secara umum ada dua cara utama untuk keperluan tipe pengujian ini.
Pendekatan pertama adalah meminta konsumen untuk memakai suatu produk selama
jangka waktu tertentu, lalu kemudian mereka diminta untuk menjawab sejumlah
pertanyaan berkaitan dengan preferensi dan kepuasan mereka. Pendekatan kedua
adalah melakukan “blind test” sedemikian rupa sehingga konsumen membandingkan
berbagai alternatif produk tanpa, mengetahui nama merek atau produsennya. Pada
dasamya, pengujian preferensi dan kepuasan memberikan sejumlah manfaat pokok,
di antaranya:
* Uji preferensi aktual dan uji
teknis dapat memberikan dasar klaim
yang obyektif untuk keperluan promosi, terutama jika perusahaan ingin
menampilkan superioritas dalam hal persepsi pelanggan terhadap keunggulan
spesifik pada produk perusahaan dibandingkan pesaing.
* Estimasi tingkat pembelian ulang sangat penting dalam
memperkirakan pangsa pasar jangka panjang. Hasil yang kurang bagus dalam uji
ini dapat berdampak pada dibatalkannya peluncuran produk atau perancangan ulang
produk baru.
* Kendati penerimaan pasar terhadap
produk baru ditentukan oleh semua komponen program pemasaran, namun berbagai
kasus menunjukkan bahwa skor yang tinggi padadimensi kinerja produk
mengindikasikan bahwa ide produk bersangkutan sebaiknya dilanjutkan pada tahap
pengembangan produk baru selanjutnya.
* Uji preferensi biasanya
memberikan signal awal terbaik atas kemungkinan terjadinya kanibalisasi produk.
c. Pengujian pasar simulasi (simulated test markets atau
laboratory test markets), merupakan prosedur riset pemasaran yang dirancang
untuk memberikan gambaran yang cepat dan murah mengenai pangsa pasar yang dapat
diharapkan dari produk baru. Beberapa model yang dapat digunakan adalah BASES,
ASSESSOR, LITMUS, dan DESIGNOR.
d. Pengujian pasar (test markets) Dalam uji
pasar, perusahaan menawarkan suatu produk untuk dijual di wilayah pasar yang
terbatas yang sedapat mungkin mewakili keseluruhan pasar di mana produk
tersebut nantinya akan dijual.
Secara prinsip, ada perbedaan
signifikan antara metode pengujian pasar untuk produk konsumen (consumer goods)
dan produk bisnis/industrial (business goods). Dalam pengujian produk konsumen,
perusahaan berusaha mengestimasi empat variabel, yaitu percobaan produk
(product trial), pengulangan pembelian pertama (first repeat), adopsi produk,
dan frekuensi pembelian. Tentu saja perusahaan mengharapkan bahwa semua
variabel tersebut menunjukkan tingkat yang tinggi. Metode pokok untuk menguji
pasar produk konsumen, mulai dari yang paling murah hingga yang paling mahal,
berturut-turut adalah:
(1) Sales-Wave Research
Dalam metode ini, konsumen yang pada
mulanya mencoba suatu produk secara gratis ditawarka kembali produk tersebut,
atau produk pesaing, dengan harga yang sedikit diturunkan (lebih murah). Mereka
mungkin ditawari produk tersebut sebanyak tiga sampai lima kali (gelombang
penjualan = sales waves), kemudian pemisahaan memperhatikan berapa kali
konsumen tersebut memilih produk perusahaan dan tingkat kepuasan mereka. Metode
ini juga meliputi usaha mempresentasikan kepada konsumen satu atau beberapa
konsep iklan dalam bentuk kasarnya untuk mengamati dampaknya terhadap pembelian
ulang.
(2) Simulated Test Marketing
Metode ini membutuhkan 30 sampai 40
pembeli yang qualified di pusat pertokoan atau tempat lainnya. Perusahaan
menanyakan beberapa hal kepada mereka, berkaitan dengan preferensi dan
awareness mereka terhadap merek-merek pada jenis produk tertentu. Mereka dapat
saja diundang untuk menyaksikan pertunjukan iklan singkat, termasuk yang sudah
terkenal maupun yang masih baru. Dalam penayangan
tersebut disisipkan iklan produk baru. Kemudian konsumen diberi sejumlah uang dan diminta untuk datang ke toko khusus di mana mereka dapat membelanjakan uang tersebut sesuai kebumhan masing-masing. Meskipun mereka tidak membeli merek baru yang diteliti, mereka tetap diberikan sampel gratis merek tersebut.
Perusahaan lalu mengamati jumlah konsumen yang membeli merek baru tersebut dan merek pesaing. Data ini memberikan gambaran mengenai efektivitas iklan mereka terhadap iklan pesaing. Konsumen kemudian diminta mengungkapkan alasan-alasan mereka untuk membeli atau tidak membeli. Beberapa minggu kemudian mereka diwawancarai kembali melalui telepon untuk menentukan sikap mereka terhadap produk tersebut, penggunaannya, kepuasannya, dan minat untuk membeli kembali, serta ditawari kesempatan untuk membeli kembali produk tersebut.
tersebut disisipkan iklan produk baru. Kemudian konsumen diberi sejumlah uang dan diminta untuk datang ke toko khusus di mana mereka dapat membelanjakan uang tersebut sesuai kebumhan masing-masing. Meskipun mereka tidak membeli merek baru yang diteliti, mereka tetap diberikan sampel gratis merek tersebut.
Perusahaan lalu mengamati jumlah konsumen yang membeli merek baru tersebut dan merek pesaing. Data ini memberikan gambaran mengenai efektivitas iklan mereka terhadap iklan pesaing. Konsumen kemudian diminta mengungkapkan alasan-alasan mereka untuk membeli atau tidak membeli. Beberapa minggu kemudian mereka diwawancarai kembali melalui telepon untuk menentukan sikap mereka terhadap produk tersebut, penggunaannya, kepuasannya, dan minat untuk membeli kembali, serta ditawari kesempatan untuk membeli kembali produk tersebut.
(3) Controlled Test Marketing
Beberapa perusahaan riset menangani
berbagai toko partisipan yang akan menjual produk-produk baru dengan imbalan
tertentu. Perusahaan yang menghasilkan produk baru menentukan jumlah toko dan
lokasi pengujian produknya. Kemudian perusahaan riset mengirimkan produk baru
tersebut ke tokotoko bersangkutan clan mengendalikan penempatannya pada rak
pajangan, jumlah pajangan, serta promosi pembelian dan harga sesuai
kesepakatan. Hasil penjualan dapat dilacak dengan menggunakan scanner
elektronik. Perusahaan dapat mengevaluasi pengaruh Tdan lokal clan promosi
selama pengujian.
Controlled test marketing memungkinkan
perusahaan untuk menguji pengaruh faktor-faktor dalam toko (in-store factors)
dan iklan terbatas pada perilaku pembelian konsumen tanpa melibatkan konsumen
secara langsung. Suatu sampel konsumen kemudian diwawancarai untuk memperoleh
kesan mereka terhadap, produk tersebut. Perusahaan tidak harus menggunakan
wiraniaga mereka sendiri, memberi potongan penjualan, atau `membeli jaringan
distribusi. Sebaliknya, metode ini tidak memberikan informasi mengenai cara
membujuk distributor agar bersedia menjual produk baru perusahaan.
(4) Test Markets
Uji pasar merupakan cara utama dalam
menguji produk konsumen baru dalam situasi yang sama dengan yang akan dihadapi
dalam peluncuran produk bersangkutan. Perusahaan biasanya bekerja sama dengan
perusahaan riset untuk menentukan kota-kota di mana wiraniaga perusahaan akan
mencoba membujuk para distributor agar menjual produk tersebut dan
menempatkannya dalam rak pajangan mereka. Perusahaan melakuan periklanan dan
promosi sama seperti yang akan dilakukan dalam pemasaran secara nasional. Biaya
yang dibutuhkan akan sangat tergantung pada jumlah kota, lama pengujian, dan
jumlah data yang ingin dikumpulkan perusahaan.
Melalui uji pasar akan diperoleh
beberapa manfaat, di antaranya memberikan prediksi yang lebih dapat diandalkan
mengenai penjualan di masa depan; pengujian awal atas rencana pemasaran;
perusahaan dapat mengetahui kekurangan yang ada pada produk. Perusahaan
memperoleh gambaran atas berbagai masalah potensial dalam jaringan distribusi;
dan perusahaan memperoleh pemahaman lebih baik atas perilaku berbagai segmen
pasar.
Sementara itu, produk bisnis juga
memperoleh manfaat dari uji pasar, di mana pengujiannya bervariasi tergantung
jenis barangnya. Barang-barang industri yang mahal dan menggunakan teknologi
baru biasanya menjalani pengujian Alpha dan Beta. Pengujian Alpha merupakan
pengujian produk untuk mengukur dan meningkatkan kinerja, keandalan, rancangan,
dan biaya operasi produk. Jika hasilnya baik, perusahaan akan melanjutkan
dengan pengujian Beta dengan mengundang para pengguna potensial agar dapat
melakukan
pengujian secara, rahasia di tempat mereka sendiri.
pengujian secara, rahasia di tempat mereka sendiri.
Metode uji pasar lainnya adalah
dengan memperkenalkan produk bisnis baru tersebut dalam pameran dagang. Selain
itu, produk baru industrial dapat pula diuji di tempat pajangan distributor dan
dealer. Cara lain yang juga dapat ditempuh adalah uji pemasaran. di mana
perusahaan menghasilkan pasokan produk dalam jumlah terbatas dan menyerahkannya
kepada wiraniaganya untuk menjualnya di daerah geografis yang terbatas dengan
dukungan promosi, katalog tercetak, dan sebagainya. Melalui cara ini, manajemen
dapat mempelajari apa yang mungkin terjadi dalam pemasaran berskala penuh dan
menyajikan informasi yang lebih lengkap
untuk memutuskan komersialisasi produk tersebut.
untuk memutuskan komersialisasi produk tersebut.
V: Analisis Bisnis – Business
Analysis
Tujuan analisis bisnis adalah untuk
mendapatkan gambaran sekomprehensif mungkin tentang dampak finansial yang dapat
diperoleh dari memperkenalkan suatu produk baru. Sejumlah ukuran (seperti
biaya, laba, Return On Investment, dan arus kas) digunakan, demikian pula
metode-metode seperti analisis payback periog break -even analysis dan risk
analysis. Analisis bisnis membutuhkan informasi rinci mengenai biaya
manufaktur, biaya pemasaran, tingkat penjualan yang diperkirakan, dan tingkat
kemungkinan kanibalisasi produk. Evaluasi finansial untuk produk baru lebih
kompleks dibandingkan produk yang sudah mapan. Hal ini terjadi karena sejumlah
faktor, di antaranya rentang waktu, kemungkinan kanibalisasi, dari kebutuhan
akan investasi.
Dalam hal rentang waktu misalnya,
penjualan dan biaya untuk produk baru kerapkali sangat bervariasi sepanjang
waktu. Jarang sekali ada produk baru yang langsung diadopsi konsumen.
Konsekuensinya, biaya pemasaran pada tahun pertama akan sangat besar dibandingkan
tahun-tahun berikutnya, oleh karena adanya
tuntutan kebutuhan untuk menciptakan awareness dan insentif untuk distribusi produk serta product trial. Selain itu, jika produk baru mengkanibalisasi penjualan produk yang sudah ada atau memanfaatkan fasilitas produksi dan atau pemasaran yang sama dengan produk saat ini, maka hanya penjualan dan biaya inkremental dari produk baru bersangkutan saja yang boleh diperhitungkan dalam mengevaluasi kontribusi laba produk baru tersebut.
tuntutan kebutuhan untuk menciptakan awareness dan insentif untuk distribusi produk serta product trial. Selain itu, jika produk baru mengkanibalisasi penjualan produk yang sudah ada atau memanfaatkan fasilitas produksi dan atau pemasaran yang sama dengan produk saat ini, maka hanya penjualan dan biaya inkremental dari produk baru bersangkutan saja yang boleh diperhitungkan dalam mengevaluasi kontribusi laba produk baru tersebut.
VI: Komersialisasi – Commercialization
Tahap komersialisasi menyangkut
perencanaan dan pelaksanaan strategi peluncuran (launching strategy) produk
baru ke pasar. Pada prinsipnya, ada 3 komponen strategi peluncuran produk baru,
yaitu:
Penentuan timing introduksi produk
baru. Timing peluncuran produk baru merupakan aspek krusial, baik dari sudut
pandang permintaan pelanggan maupun kompetisi. Dalam hal permintaan pelanggan,
misalnya, ada tingkat musiman (seasonality) tertentu dalam kategori produk
spesifik. Contohnya, penjualan sarung cenderung mencapai puncaknya saat
menjelang Lebaran. Penjualan alat tulis dan buku teks biasanya sangat tinggi
pada permulaan tahun ajaran baru dan menjelang ujian. Oleh sebab itu, sebaiknya
produk baru diperkenalkan menjelang periode permintaan puncak. Bintang film,
sutra-dara dan sekaligus produser kondang Jackie Chan biasanya meluncurkan film
barunya menjelang tahun baru Imlek, karena saat itu penonton bioskop di
kalangan etnis Tionghoa sangat besar. Sementara itu, dalam perspektif
kompetisi, apabila diferensiasi produk relatif rendah, maka keputusan untuk
secepat mungkin memasuki pasar merupakan pilihan strategik. Pionir
cenderung memperoleh keunggulan dalam hal consumer awareness dan pangsa pasar dalam kasus tersebut.
cenderung memperoleh keunggulan dalam hal consumer awareness dan pangsa pasar dalam kasus tersebut.
* Pemilihan strategi merek (branding strategy).
Akseptansi konsumen terhadap produk baru dipengaruhi oleh citra merek. Apabila
perusahaan memiliki nama merek yang memiliki ekuitas merek tinggi, maka biaya
peluncuran produk barunya cenderung lebih rendah. Citra merek dapat menekan
persepsi konsumen
terhadap risiko mencoba. produk. Lagipula, citra merek juga dapat meningkatkan ekspektasi distributor atas kesuksesan item produk baru. Konsekuensinya, upaya pemasaran yang dibutuhkm tidak terlalu besar dalam rangka mendorong pencobaan produk dan mendapatkan tempat di rak pajangan distributor perusahaan memperluas ekuitas merek yang sudah ada. Alternatif strategi merek yang tersedia, di antaranya:
terhadap risiko mencoba. produk. Lagipula, citra merek juga dapat meningkatkan ekspektasi distributor atas kesuksesan item produk baru. Konsekuensinya, upaya pemasaran yang dibutuhkm tidak terlalu besar dalam rangka mendorong pencobaan produk dan mendapatkan tempat di rak pajangan distributor perusahaan memperluas ekuitas merek yang sudah ada. Alternatif strategi merek yang tersedia, di antaranya:
(1) brand extension, yaitu menggunakan nama merek
yang sudah terkenal untuk kategori produk baru, misalnya Nike juga memproduksi
pakaian, topi, dan tas;
(2) line extension, yaitu menggunakan nama merek yang
sudah mapan untuk produk baru dalam kategori atau lini produk yang sama,
contohnya BMW300, BMW 500, dan BMW 700;
(3) new brand, yang menggunakan Hama merek baru
untuk produk baru yang diluncurkan.
Koordinasi program-program pemasaran
yang mendukung introduksi produk baru, seperti program harga, promosi,
distribusi. Efektivitas koordinasi & keselarasan antar program pemasaran
akan menentukan keberhasilan program peluncuran produk baru.
jangan lupa komentarnya ya..............
Tidak ada komentar:
Posting Komentar